Dalam ajarannya, Konfusius menekankan bahwa pengetahuan dasar seseorang berawal dari keluarga. Karena seseorang bertumbuh di dalam keluarga dan menghabiskan waktu lebih banyak dalam keluarga, maka apa yang diajarkan keluarga berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter seseorang. Bila pembentukan dalam keluarga tidak baik, maka pribadi tersebut akan berdampak buruk bagi masyarakat. Para ahli menyimpulkan, hal inilah yang menjadi salah satu alasan terdapat banyak pembahasan mengenai keluarga dalam tulisan-tulisan Konfusius. Dalam buku “The Analects of Confucius” terdapat banyak kutipan perkataan Confucius yang berbicara tentang hubungan dalam keluarga. Salah satunya adalah “In serving his father and mother a man may gently remonstrate with them. But if he sees that he has failed to change their opinion, he should resume an attitude of deference and not thwart them; may feel discouraged, but not resentful.” Perkataan ini menunjukkan pandangan Konfusius yang menjunjung tinggi penghargaan terhadap orang tua. Hal ini sejalan dengan yang diperintahkan Kristus dalam Matius 15:4 “Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.” Yesus menekankan hal ini kepada pendengarnya. Karena mengasihi Allah berarti juga mengasihi orang lain, terutama orang tua yang menjadi perpanjangan tangan Allah.
Ajaran Konfusius mengenai hubungan dalam keluarga menjadi dasar bagi penganutnya sebagai pengetahuan dalam bertindak. Inilah yang diharapkan Konfusius, yaitu keharmonisan dalam keluarga akan menghasilkan pribadi yang taat dalam pemerintahan, dan pada akhirnya akan menghasilkan kedamaian di dunia. Itulah pentingnya keluarga dalam mendasari pengetahuan seseorang. Meskipun ajaran Konfusius terlihat banyak berpusat pada moral, etika, dan kebaikan, pada kenyataannya ia juga memandang pendidikan merupakan bagian terpenting yang mendasari semua. Konfusius juga mengemukakan “...bahwa tanpa pendidikan, cinta akan kebaikan akan menjadi kebodohan; cinta akan keberanian akan menjadi kecerobohan; tanpa pembelajaran, cinta akan kejujuran dapat mengarah menjadi mudah ditipu, cinta ...” Dengan kata lain, tanpa pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran, semuanya menjadi sia-sia. Ia juga menyatakan bahwa ketika kita sadar dan tahu tentang hal-hal yang kita ketahui dan tidak ketahui, maka itu merupakan pengetahuan. Bagi Konfusius, pengetahuan bisa didapat dari mana pun dan akan menjadi sempurna jika kita mempunyai keinginan dan keseriusan yang kuat saat mengejarnya. Sebuah kutipan dari Konfucius yang sangat terkenal adalah “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.” Terlibat secara langsung merupakan cara yang dianut Konfusius dalam mendapatkan pengetahuan.
Secara keseluruhan, pandangan Konfusius tentang pengetahuan sangat baik dan mengedepankan moralitas manusia sebagai makhluk sosial. Namun, ketika diteliti lagi terdapat perbedaan paling mendasar antara ajaran Konfusius dan ajaran Kristus. Konfusius mengajarkan berbagai macam kebajikan dan pengetahuan dengan tujuan supaya manusia bisa mencapai kesempurnaan dan tercipta kedamaian dunia. Namun, Kristus mengajarkan tentang kasih dan kebaikan kepada murid-Nya sebagai wujud dari tindakan orang yang sudah diselamatkan dan mengerjakan keselamatan (Filipi 2:12) yang telah Allah kerjakan dalam kehidupan umat-Nya. Kita bisa mengasihi juga hanya karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita (1Yohanes 4:19). Manusia yang bernatur dosa dan dapat hidup hanya karena Anugerah Allah melalui Kristus, tidak dapat menjadi manusia sempurna selama hidup di bumi. Manusia akan disempurnakan hanya ketika ia berhadapan muka dengan Kristus.
Referensi
Tang, Michael C. (2004). Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik. Jakarta: Gramedia Pustakan Utama
Waley, Arthur. (1989). The Analects of CONFUCIUS. New York: A Division of Random House