Hi!

This blog is only a quick peek into my thought and I like to write, can't say I love writing after a bunch of my failure to against my laziness. Hopefully you enjoy your reading on my blog and I wish it will inspire you to do better than me. Have a blessed reading :)

November 30, 2010

Pengetahuan a la Confucius

Dalam ajarannya, Konfusius menekankan bahwa pengetahuan dasar seseorang berawal dari keluarga. Karena seseorang bertumbuh di dalam keluarga dan menghabiskan waktu lebih banyak dalam keluarga, maka apa yang diajarkan keluarga berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter seseorang. Bila pembentukan dalam keluarga tidak baik, maka pribadi tersebut akan berdampak buruk bagi masyarakat. Para ahli menyimpulkan, hal inilah yang menjadi salah satu alasan terdapat banyak pembahasan mengenai keluarga dalam tulisan-tulisan Konfusius. Dalam buku “The Analects of Confucius” terdapat banyak kutipan perkataan Confucius yang berbicara tentang hubungan dalam keluarga. Salah satunya adalah “In serving his father and mother a man may gently remonstrate with them. But if he sees that he has failed to change their opinion, he should resume an attitude of deference and not thwart them; may feel discouraged, but not resentful.” Perkataan ini menunjukkan pandangan Konfusius yang menjunjung tinggi penghargaan terhadap orang tua. Hal ini sejalan dengan yang diperintahkan Kristus dalam Matius 15:4 “Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.” Yesus menekankan hal ini kepada pendengarnya. Karena mengasihi Allah berarti juga mengasihi orang lain, terutama orang tua yang menjadi perpanjangan tangan Allah.

Ajaran Konfusius mengenai hubungan dalam keluarga menjadi dasar bagi penganutnya sebagai pengetahuan dalam bertindak. Inilah yang diharapkan Konfusius, yaitu keharmonisan dalam keluarga akan menghasilkan pribadi yang taat dalam pemerintahan, dan pada akhirnya akan menghasilkan kedamaian di dunia. Itulah pentingnya keluarga dalam mendasari pengetahuan seseorang. Meskipun ajaran Konfusius terlihat banyak berpusat pada moral, etika, dan kebaikan, pada kenyataannya ia juga memandang pendidikan merupakan bagian terpenting yang mendasari semua. Konfusius juga mengemukakan “...bahwa tanpa pendidikan, cinta akan kebaikan akan menjadi kebodohan; cinta akan keberanian akan menjadi kecerobohan; tanpa pembelajaran, cinta akan kejujuran dapat mengarah menjadi mudah ditipu, cinta ...” Dengan kata lain, tanpa pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran, semuanya menjadi sia-sia. Ia juga menyatakan bahwa ketika kita sadar dan tahu tentang hal-hal yang kita ketahui dan tidak ketahui, maka itu merupakan pengetahuan. Bagi Konfusius, pengetahuan bisa didapat dari mana pun dan akan menjadi sempurna jika kita mempunyai keinginan dan keseriusan yang kuat saat mengejarnya. Sebuah kutipan dari Konfucius yang sangat terkenal adalah I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand. Terlibat secara langsung merupakan cara yang dianut Konfusius dalam mendapatkan pengetahuan.

Secara keseluruhan, pandangan Konfusius tentang pengetahuan sangat baik dan mengedepankan moralitas manusia sebagai makhluk sosial. Namun, ketika diteliti lagi terdapat perbedaan paling mendasar antara ajaran Konfusius dan ajaran Kristus. Konfusius mengajarkan berbagai macam kebajikan dan pengetahuan dengan tujuan supaya manusia bisa mencapai kesempurnaan dan tercipta kedamaian dunia. Namun, Kristus mengajarkan tentang kasih dan kebaikan kepada murid-Nya sebagai wujud dari tindakan orang yang sudah diselamatkan dan mengerjakan keselamatan (Filipi 2:12) yang telah Allah kerjakan dalam kehidupan umat-Nya. Kita bisa mengasihi juga hanya karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita (1Yohanes 4:19). Manusia yang bernatur dosa dan dapat hidup hanya karena Anugerah Allah melalui Kristus, tidak dapat menjadi manusia sempurna selama hidup di bumi. Manusia akan disempurnakan hanya ketika ia berhadapan muka dengan Kristus.


Referensi

Tang, Michael C. (2004). Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik. Jakarta: Gramedia Pustakan Utama

Waley, Arthur. (1989). The Analects of CONFUCIUS. New York: A Division of Random House



Cinta itu tidak membutuhkan alasan dan izin dari sang empunya hati untuk datang..
cinta memiliki caranya sendiri,
tak selalu dapat dilukiskan dengan kata-kata, tapi perbuatan selalu dapat melukiskannya dengan tepat.
cinta tidak sempurna, karena katanya..
semakin besar cinta ada, maka semakin besar kemungkinan untuk kecewa..
cinta bukanlah sesuatu yang sederhana, tapi cinta bisa disampaikan dengan cara yang sangat sederhana.
Sebuket karangan mawar merah yang indah bisa melukiskannya,
tapi terkadang ucapan selamat pagi pun bisa mengutarakannya dengan lebih tepat.
Cinta tidak menghitung, ia tulus dan berjalan dengan rasanya.
Ajaibnya, meski angin badai di sekelilingnya, cinta bisa tetap teguh bertahan tanpa tergoyahkan sedikit pun.
Banyak orang mencarinya, tapi sayangnya lebih banyak lagi yang menyia-nyiakannya.
Cinta tak hanya mampu melukiskan senyum terindah di wajah tersendu, tapi juga mampu menghitamkan ketulusan hati dengan benci.
Cinta tidak melihat indahnya rambutmu, atau seberapa piawai kau memainkan biola.
Cinta tidak peduli seberapa berantakan dan lusuhnya engkau setelah bekerja seharian
Bahkan, cinta yang sama itu juga yang akan bertahan dan ada..
meski guratan tanda kau telah menua menghiasi wajahmu,
meski rambutmu memutih dan tak berkilau lagi,
meski jalanmu melambat dan gerakmu semakin sempit,
meski tubuhmu menggendut, atau pun semakin kecil karena dimakan usia,
bahkan saat kau tak mampu melakukan apapun,
dan hanya mampu menyampaikan cinta dengan cara
mengusap kepalanya...
jadi..
...
...
janganlah khawatir..
jika saat itu benar-benar tiba..
percayalah, usapan tanganmu di kepalanya sama artinya dengan kau telah membrikan yang terbaik sepanjang waktu yang Tuhan ijinkan tuk kau jalani bersamanya..
itu melampaui jutaan tangkai mawar, ratusan makan malam romantis, dan puluhan gram perhiasan..
karena, cara menyampaikan cinta yang terbaik adalah
MENCINTAI SESEORANG YANG MENGUCAP JANJI BERSAMAMU DI HADAPAN TUHAN DENGAN KASIH MULA-MULA YANG KAU MILIKI DALAM SETIP DETIK KEBERSAMAAN, SEPANJANG HIDUPMU BERSAMANYA.

November 22, 2010

aku mendapati diriku payah sekali

saya ingin sekali bisa mendengarkan dan mengikuti kata hati saya.
tapi saya belum punya keberanian, karena terlalu banyak kegagalan yang mengikuti saya.
Tuhan, sampai kapan aku harus bertahan dengan situasi seperti ini?
takut gagal, meski sudah gagal berkali-kali. takut jatuh, meski sidah jatuh berkali-kali.
takut untuk dibohongi, meski sudah dibohong berkali-kali.
rasa sakit itu masih tertinggal dan terkadang masih terasa sangat jelas.
aku benci jika mereka berteriak-teriak ingin tahu..
aku benci mereka menganggap dirinya layak untuk menerka terlalu jauh..
aku benci bila mereka mengasihaniku ketika ekspektasi mereka tidak tercapai.
aku ingin menutup telinga!!!!!!!!!!!!!
tapi tidak bisa..telingaku selalu mendengar mereka.
hatiku selalu merasakannya.
tapi aku ingin, aku nyaman, aku mau.
...
tapi aku takut, terlalu takut..
aku memang pengecut yang tidak berani mengambil keputusan.
aku memang pecundang!!
aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan..
haruskah aku melangkahkan kakiku dan pergi lagi keluar? melihat apakah ada tempat lain untukku?
tapi, bagaimana jika rasanya sakit?
bagaimana jika terlalu banyak angin yang menerpa hingga aku jatuh?
aku takut tak bisa bangun lagi..aku takut teronggok tak berdaya.
aku takut Tuhan..tolong berikan aku jawabnya..
tolonglah..